Rabu, 23 Desember 2009

KEKERINGAN RUHIYAH

“Bandingkan berapa waktu yg qt gunakan utk liqo’at tarbawiyah atau liqo’at siyaisyah dgn waktu yg qt gunakan utk membaca ayat-ayat Al-Qur’an?” Itu pertanyaan yg berulang kali disampaikan seorang ustadz. Jawaban yg umum qt dapati terhadap pertanyaan itu adalah penggunaan waktu yg sangat lebih byk utk forum-forum pembinaan ke luar diri/eksternal, ketimbang pasokan energi ruhiyah ke dalam diri sendiri. Inilah antara lain yg mengakibatkan munculnya kekeringan ruhiyah di kalangan qt.
Ada byk indikator kekeringan ruhani:
1. Kekeringan ruhiyah akan jelas terlihat jika qt melakukan byk aktifitas dakwah tapi memiliki motivasi yg menyimpang, niat yg tdk bersihdan mudah terombang ambing dlm menghadapi ragam permasalahan.
2. Jika qt sering menggunakan jargon-jargon Islam tetapi dlm kehidupan nyata qt tdk menerapkannya.
3. Banyaknya menekankan doktrin2 tapi doktrin2 itu sendiri dirasakan berat mengucapkannya dan kering di telinga pendengarnya, sebab ia sendiri tdk hidup menjalani doktrin tsb.
4. Ketika mjd aktifis dakwah yg bekerja paling keras tapi sekaligus jg mjd pengkritik paling keras terhadap orang lain.
5. Mudah mutung (ngambek) dan tiba-tiba berhenti menjalani aktifitas dakwah yg biasanya paling disukai coz sebab yg tdk jelas atau tdk penting.
6. Tidak nyaman berada di lingkungan aktifis dakwah dan merasakn diri sendiri tdk layak menunaikan peran2 scr baik. Merasa rendah diri coz dibebani perasaan bersalah melakukan kekurangan2 yg menjadikannya tdk pantas berada di tengah lingkungan dakwah.
7. Merasa dikejar2 tugas dan tanggung jawab hingga sulit mempunyai waktu luang bahkan sekedar duduk berdzikir setelah sholat.
8. Berulang kali terkalahkan oleh nafsu utk lebih mengutamakan istirahat hingga mengakibatkan jarang sholat di awal waktu, terutama sholat shubuh.
9. Merasa hampir putus asa dgn keadaan diri sendiri dan semakin tdk berdaya menjalani rutinitas kegiatan yg harus dijalani.
10. Mudah khawatir atau was-was, panik, takut gagal terhadap suatu tanggung jawab yg diamanahkan.

Kenapa??????
1. Coz kelelahan fisik dlm berbagai tuntutan dakwah yg diemban scr terus menerus sampai akhirnya tdk bisa lagi menikmati dan mengecap hubungan yg dekat dgn ALLAH SWT dlm rangkaian ibadahnya. Penderita kelelahan fisik coz dakwah sebenarnya disebabkan kekurangbijakan diri dlm memilah dan mengorganisir tugas2 dakwah. Orang seperti ini biasanya memiliki semangat membara utk menjalani berbagai amanah dakwah hingga cenderung terlena dgn aktifitas yg begitu byk hingga melupakan hak2 dirinya yg lain. Termasuk mengabaikan hak2 dirinya terhadap suplai dan energi ruhiyah yg harus diberikan kpd jiwa.
Dalam konteks ini rasa malas sbg indikasi kekeringan ruhiyah sangat mungkin muncul dari kondisi aktifitas yg sangat monoton dan kegiatan yg berlangsung berbulan-bulan scr monoton. Wajar apabila tiba-tiba jiwa qt kehilangan semangat utk melakukan amal2 ruhiyah.

2. Faktor lain yg mungkin terjadi adalah karena dosa2 yg belum juga bisa ditinggalkan. Melakukan sebuah dosa yg mungkin dianggap kecil tapi dilakukan berlarut2 hingga mjd sebuah kebiasaan yg sulit dihilangkan dari ritme hidup. Selain itu, termasuk sikap mengulang-ulang kebiasaan tdk disiplin dlm mencapai target2 amal yaumiyah (ibadah harian) hingga akhirnya merasa terlalu berat dan tdk sanggup melakukannya. Lalu akhirnya memunculkan kekeringan ruhiyah.
Sebenarnya fenomena itu dipicu oleh fakor kelemahan jiwa scr mental yg memunculkan ketdkseimbangan padahal berbagai kegiatan dan aktifitas yg dilakukan sangat membutuhkan kekuatan ruhiyah. Ketdkseimbangan seperti ini kerap membuat jiwa qt tdk siap melakukan amal2 ibadah termasuk berdzikir, tilawah Al-Qur’an, berpuasa, dsb.
Jiwa yg lemah bisa disebabkan karena lemahnya iman sedangkan iman yg lemah disebabkan sangat sedikitnya ketaatan kpd ALLAH atau banyaknya maksiat yg dilakukan. Jika qt mengalami kondisi seperti ini solusinya harus dilakukan dgn segera melalui tindakan meningkatkan keimanan dan beristighfar, dan berbagai amal-amal ketaatan. ALLAH SWT berfirman yg artinya, “mintalah ampunan kpd RABB kalian dan kembalilah kpd-NYA niscaya ALLAH menurunkan hujan yg deras dan menambahkan sesuatu kekuatan pd kekuatan yg ada pd kalian.” (QS. 11: 52)

3. Kekeringan ruhiyah disebabkan beban problem hidup yg dirasakan begitu berat. Ini berarti qt menderita kekeringan ruhiyah coz konsentrasi qt terlalu byk bercabang, dikejar oleh berbagai kondisi sulit yg memaksa qt tdk bisa tenang dan rileks berpikir, dan melakukan amal2 ibadah. Adakalanya qt menghadapi situasi hidup yg memang berat dan berlangsung dlm rentang waktu yg lama. Akhirnya qt terkulai coz beban2 masalah tsb dan mengabaikan amal2 yg bisa memberikan energi ruhiyah.
Padahal sebenarnya, kekuatan ruhiyah akan sangat mempengaruhi kekuatan seseorang dlm memikul beban.

Wallahu’alam bishowwab…

MY MOM, MY HERO

Ibuku kecil bukanlah seorang yang terlahir dari keluarga kaya dan berdarah biru, ibuku hanyalah seorang manusia biasa yang berdarah banjar dan terlahir dari keluarga sederhana dari sebuah pelosok negeri.

Ibuku kecil bukanlah seorang yang memiliki nama tambahan di belakang namanya, ibuku tidak memiliki Amd, ST, Msc, apalagi DR didepan namanya, bahkan ibuku hanya bergelar seorang anak yang hanya mencicipi manisnya bangku sekolah nan merakyat.

Ibuku kecil bukanlah seorang wanita bernama indah bak indahnya warna pelangi, ibuku tak pernah marah kepada matahari yang membakar kulitnya, ibuku tak pernah kasar kepada tugas yg menariknya untuk berlari.....

Ibuku kecil bukanlah seorang anak yang mengenal manja, seorang anak yang merengek minta dibelikan boneka, bagai mimpi panjang yang tak pernah berujung,

Ibuku remaja tak dilindungi oleh rumah nan megah, ia hanya ditutupi oleh gubug sederhana, seolah tanah pun enggan menopangnya.

Ibuku remaja bukanlah seorang pemudi berseri-seri, menari-nari diatas kesenangan indahnya masa remaja, ibuku adalah seorang pemudi berhenti berdiri, kembali berlari mengantarkan kehidupan untuk keluarga.

Ibuku remaja bukanlah pemudi yang ditemani dengan rias-rias wajah nan elok, kulitnya hanya teroleskan keringat, bedak wajah adalah kilauan sengatan matahari menantang, tubuhnya kurus menjulang, garis wajahnya nan jelas bak mendulang.

Ibu menangislah hatiku, jantungku terhujam, ketika kau menangis menggambarkan rinci kehidupan kecilmu nan pilu. Ibu aku bangga denganmu. Biarpun orang menertawakanmu dulu, biarpun orang mengucilkanmu dulu, kini aku memujimu ibu, aku menyanjungmu ibu, aku dan putra-putri mu yang lain adalah bukti perjuanganmu, bukti kegigihanmu. Melahirkan, membesarkan, dan mendidik kami sehingga menjadi orang2 yg bisa dibanggakan keluarga.

Keringatmu adalah dzikirmu.
Tintamu bukanlah emas ataupun perak.
Ilmu adalah tanganmu, kakimu, dan ketegaranmu.
Kaulah bidadari sesungguhnya wahai ibu.
Darahmu adalah darah mulia bagiku.
Gelarmu adalah gelar dimata Tuhan sebagai manusia yang tegar.
Kecantikanmu adalah ketegaran dan perjuanganmu.

Ibu, sekarang tataplah dinding-dinding rumah kita, Rumah kita tidaklah megah, tapi kini gubug itu telah pergi, tanah pun dengan senang menopang rumah kita, sekalipun kini rantau menahan kita, tataplah jajaran foto-foto dirimu dan anak-anakmu, terpampang dengan senyum bangga putra-putramu dgn jerih payah usahanya serta puteri-puterimu dgn sebuah toga dan tangan melilit sebuah bukti kelulusan, bukan…ini bukanlah milik kami, ini adalah milikmu Ibu.

Ibu tataplah kembali, hiburlah dirimu, lihatlah dalam sebuah bingkai dirimu tersenyum diatas sebuah unta ditemani oleh ayahku, juara bagiku di dunia ini. Ingatlah kembali setiap lembar perjalananmu ke tanah nan indah lagi suci.

Biarlah orang-orang menatap wujud perjuanganmu.

Ibu tersenyumlah, engkaulah pahlawanku.

Salam terhangat to mamakku..dan kakak2q: Nur Aisyah, S.Ag., Darqotni, S.P., Ainul Mardiah, S.P. yg tlh dan akan mjdi seorang ibu.. Jadilah ibu yg terhebat di keluargamu dan anak2 pun bangga memiliki ibu sepertimu ^_^ )